SEMARANG, suaramerdeka.com - Pelaksanaan
Ujian Nasional (UN) pada 2013 ini akan mengalami perbedaan dibanding
tahun-tahun sebelumnya. Jika sebelumnya, variasi soal hanya ada lima
kini menjadi 20.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Khairil Anwar Notodiputro, tidak menampik anggapan jika penambahan soal sulit pada UN 2013 itu dimaksudkan untuk menjawab kritik sejumlah pihak yang menilai materi UN terlalu mudah, sehingga tingkat kelulusan peserta ujian SMA sangat tinggi.
“Tingkat kelulusan SMA mencapai 95,5 persen. Berarti yang tidak lulus hanya 0,5 persen. Bukan berarti kami ingin banyak yang tidak lulus, tetapi kami juga ingin meningkatkan grade peserta didik kita. Jangan sampai karena khawatir banyak yang tidak lulus, lalu kita tidak tingkatkan mutu UN kita,” kata Khairil, Senin (11/3).
Meski terdapat penambahan soal yang sulit, namun Khairil berharap nilai UN tahun ini tetap lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Jika demikian, maka itu artinya sebenarnya peserta didik mampu menjawab soal, meski jumlah bobot soal sulit ditambah.
“Kalau seperti itu tidak menutup kemungkinan jika tahun depan kami naikkan lagi persentase soal yang sulit. Kita harus berani. Jika tidak, kapan kita maju?” tandas Khairil.
Walau menginginkan peningkatan kualitas peserta didik melalui UN dengan menambah soal yang sulit, namun pihak Kabalitbang Kemdikbud itu menegaskan, pihaknya tidak serta merta langsung menaikkan jumlah soal yang sulit secara drastis. Akan dilihat hasil dulu pada hasil UN tahun ini. Jika peserta didik dapat melewatinya dengan baik, pihaknya berencana akan meningkatkan terus bobot soal sulit ini.
“Kami tidak berani mengubahnya tiba-tiba dengan perbandingan 50 persen soal sulit dan 50 persen soal sedang dan mudah. Kami lakukan perlahan sambil mengukur dan menjajaki seberapa besar kemampuan anak-anak,” jelas Khairil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar